Jumat, 15 April 2011

ARTIKEL


WANITA YANG FLEKSIBEL

            Wanita yang fleksibel ? mungkin tidak asing lagi bagi kita mendengar lantunan kata tersebut. Selama ini kita tahu bahwa pada zaman dulu kehidupan wanita adalah bagaikan lembah hitam yang melarang wanita untuk berkreasi dan memiliki pendidikan yang sangat tinggi. Karena mereka berfikir bahwa wanita pada akhirnya juga akan “masuk dapur”.
            Dulu adalah dulu, sekarang adalah sekarang. Dulu wanita hanya bisa melanjutkan pendidikan setingkat SD, tapi kini waktu yang merubah segalanya. Kita tahu bahwa RA. Kartini adalah seorang wanita yang berusaha memperjuangkan kaumnya. Beliau juga sempat mendirikan sekolah untuk kaum wanita, karna perjuangan beliau yang sangat besar, setiap tahunya kita memperingati hari bersejarah yang sering disebut dengan hari Kartini.
            Sekarang, pada era globalisasi ini kita taka sing lagi melihat wanita yang berkarir. Mereka menempuh pendidikan tinggi untuk meraih cita – cita mereka, dan berprofesi sesuai kehendak mereka. Ada yang jadi insinyur, dokter, designer, pramugari, dan masih banyak lagi profesi yang bisa dimiliki oleh seorang wanita.
            Tidak hanya itu, wanita juga bisa menjalankan profesi yang biasa dijalankan oleh seorang laki – laki, seperti baru – baru ini ada seorang wanita yang berprofesi sebagai supir traktor pada suatu perusahaan. Mereka tidak risih dengan profesi mereka, bahkan mereka sangat menikmatinya. Tak dapat dipungkiri lagi, wanita adalah makhluk yang fleksibel dalam melakukan sesuatu.
            Benda yg mahal harganya pasti susah didapatkan dan akan selalu dijaga dan dibelai serta disimpan ditempat yg teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiar terserak bukan?
Itulah makanya, wanita baik - baik pasti wanita yg dijaga baik - baik pula, bukan wanita yg banyak berserakan dan mudah ditemukan.
            Sekarang kita kembali kepada kodrat wanita. Tuhan menciptakan laki – laki yang lebih tinggi kodratnya daripada wanita. Kesimpulannya adalah wanita boleh saja memiliki pendidikan yang tinggi, boleh saja memiliki pekerjaan yang hebat pula, tapi dibalik itu, wanita juga harus ingat pada batasan – batasan yang telah ditentukan dalam ajaran agama, ataupun sosial.

By : Ika Supriyanti